Rabu, 24 Maret 2010

analisis kualitas air


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.        Latar Belakang


Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor. Air murni yang tidak mengandung zat yang terlarut tidak baik untuk kehidupan kita. Sebaliknya zat yang terlarut ada yang bersifat racun. Apabila zat yang terlarut zat yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam air membuat kualitas air yang tidak sesuai untuk kehidupan kita, air itu disebut tercemar. Pencemaran yang disebabkan oleh limbah dari hasil berbagai aktivitas manusia, seperti limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah pertanian telah menimbulkan berbagai masalah, diantaranya menurunnya kualitas air, terganggunya kehidupan organisme perairan, rusaknya estetika, timbulnya bermacam penyakit dan lainnya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya limbah yang langsung dibuang kebadan perairan.
Pencemaran sungai berkaitan dengan limbah industri dan rumah tangga. Potensi pencemaran dari industri terlihat dari banyaknya perusahaan kecil yang membuang limbah cair langsung ke sungai, karena belum memiliki UPL, sedangkan industri besar yang memiliki UPL disinyalir belum memfungsikannya secara optimal. Usaha pengendalian kerusakan sungai dan kebijakan pengelolaannya mengharuskan pemantauan kualitas sungai. Pemantauan ini umumnya dilakukan dengan menggunakan parameter fisik atau kimia.
B.        Tujuan
1.      Tujuan umum dari praktikum ini adalah untuk :
a.       Mengetahui kualitas perairan yang terkena limbah pabrik
b.      Mengetahui status pencemaran badan perairan yang terkena limbah pabrik soun.
2.   Tujuan khusus dari praktikum ini adalah untuk :
Mengetahui suhu, pH, nilai TSS, O2 terlarut, CO2  bebas, kadar COD dan BOD pada badan perairan akibat limbah pabrik.

C.    Manfaat
1.      Mengetahui dampak pencemaran limbah pabrik soun.
2.      Mengukur tingkat pencemaran yang terjadi pada badan berarian yang dijadikan sampel.

  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.       Limbah Pabrik
Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut maupun mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan halus. Sering sekali air dari pabrik berwarna keruh dan temperaturnya tinggi. Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya mempunyai sifat tersendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan 577 ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dapat diketahui dari kekeruhan, warna air, rasa, bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya.
Limbah cair  yang bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian di-proses dan setelah itu dibuang,Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air. Pada beberapa pabrik tertentu, misalnya pabrik pengolahan kawat, seng, besi baja - sebagian besar air dipergunakan untuk pendinginan mesin ataupun dapur pengecoran. Air ini dipompa dari sumbernya lalu dilewatkan pada bagian-bagian yang membutuhkan pendinginan, kemudian dibuang. Oleh sebab itu pada saluran pabrik terlihat air mengalir dalam volume yang cukup besar. Air ketel akan dibuang pada waktu-waktu tertentu setelah melalui pemeriksaan laboratorium, sebab air ini tidak memenuhi syarat lagi sebagai air ketel dan karenanya harus dibuang. Bersamaan dengan itu dibutuhkan pula sejumlah air untuk mencuci bagian dalam ketel air pencuci ini juga harus dibuang.


B.    Kualitas Air
Suhu air berbeda-beda sesuai dengan iklim dan musim, suhu normal agar sedikit lebih tinggi dari pada suhu umum persediaan air kota. Ukuran-ukuran suhu adalah berguna dalam memperlihatkan kecenderungan aktifitas-aktifitas kimiawi dan biologis, pengentalan, tekanan uap, ketegangan permukaan dalam nilai-nilai penjenuhan dari pada benda-benda padat dan gas-gas. Pengentalan mengatur sedimentasi; dengan perkiraan bahwa sedimentasi tidak terganggu oleh arus yang memancar (konversi). Lagi pula aktifitas biologis ditingkatkan oleh meningginya suhu pada kira-kira 600C. Pertumbuhan dan kematian jasad-jasad renik dan BOD diatur sampai suatu tingkat oleh suhu yang memainkan peranan penting dalam reaksi dan biologis. Tingkat oksigen zat organik jauh lebih besar selama musim panas dan pada selama musim dingin.
Total padatan tersuspensi (TSS = Total suspended solid) adalah jumlah padatan atau partikel tersuspensi yang terdapat dalam perairan baik berupa bahan organik maupun anorganik. APHA (1955) menyatakan bahwa padatan tersuspensi yang terdapat dalam perairan terdiri dari plankton yang hidup atau mati, detritus, kotoran hewan, Lumpur dan limbah rumah tangga serta industri. Bahan-bahan tersuspensi yang berada dalam badan perairan sehingga mempengaruhi proses fotosintesis.
Warna pada air limbah menunjukan kekuatan air limbah yang baru berwarna abu-abu. Air limbah yan sudah basi atau busuk berwarna gelap (Mahida, 1988). Ada empat kelas atau tingkatan kandungan suatu perairan yaitu tingkat I. Air berwarna biru, II. Air berwarna hijau, III. Air berwarna merah.
Di dalam perairan terjadi proses dekomposisi oleh mikro organisme yang akan menyebabkan gas-gas seperti, metana, hidrogen, nitrogen, maupun gas lainnya yang berbau merangsang. Bau air sungai dapat mencerminkan keadaan dari perairan tersebut, bau yang terjadi di dalam suatu perairan yang kotor merupakan hasil dekomposisi zat organik (Odum, 1971).  Oksigen dapat larut didalam air banyak berbeda sesuai dengan keadaan suhu. Faktor-faktor lain yang menguasai kadar oksigen larut dalam air alamiah adalah: pengolahan di permukaan air, luas daerah permukaan air yang terbuka bagi tekanan atmosfer dan prosentase oksigen didalam udara disekelilingnya (Mahida, 1988 ).
Oksigen terlarut merupakan salah satu unsur pokok sebagai regulator pada proses metabolisme organisme terutama proses respirasi dan sebagai petunjuk kualitas air disuatu perairan. O2 terlarut berasal dari fungsi oksigen udara kedalam air, air hujan dan proses fotosintetis, sedangkan pengurangannya disebabkan mengandung bahan mereduksi (Odum,1971). Kandungan O2 terlarut erat hubungannya dengan kandungan CO2 bebas. Biasa pada perairan yang kandungan CO2 nya tinggi maka akan ditemukan kandungan O2 yang rendah dan begitu pula sebaliknya (Hynes, 1972).
Karbondioksida bebas berasal dari hasil penguraian bahan organik dalam perairan oleh bakteri, bisa juga langsung dari atmosfir. Selain itu CO2 bebas juga dihasilkan dari hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup dalam periran dan penguraian garam-garam atau batu-batuan yang mengandung karbonat. CO2 bebas memegang peranan penting sebagai unsur oleh tumbuhan yang berhijau daun, baik tumbuhan renik yang merupakan phytoplankton maupun tumbuhan tingkat tinggi yang ada dalam perairan untuk proses fotosintesis (Mahida, 1988). Kadar CO2 bebas yang baik bagi suatu perairan adalah antara 2-8 ppm (Soesono, 1974 ). Kandungan CO2 untuk perairan yang baik bagi kehidupan ikan dan kehidupan organisme lain tidak boleh melebihi 12 mg/L, sebab bila kandungan CO2 bebas melebihi 12 mg/L akan berubah menjadi racun bagi kehidupan ikan. CO2  bebas adalah senyawa yang berupa gas dan mudah larut dalam air. CO2 sangat dibutuhkan oleh  tumbuhan air untuk berfotosintesis. (Welch, 1952 ).
Biological oxygen demand (BOD) yaitu sejumlah oksigen dalam sistem air yang dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk mengoksidasi bahan-bahan organik dalam air, BOD biasanya dihitung dalam kebutuhan 5 hari pada suhu 200 C (Ryadi, 1984). Penentuan nilai BOD ini tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya. Tetapi hanya mengukur jumlah relatif konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi bahan organik tersebut (Winarno dan Fareliaz, 1984). Menurut Ryadi (1984), semakin besar nilai BOD dalam perairan, maka persediaan oksigen terlarut yang ada semakin berkurang, dimana antara kadar BOD tinggi maka kadar DO rendah, kondisi perairan dengan nilai BOD tinggi dapt membahayakan kelangsungan organisme.
Kebutuhan oksigen kimiawi (COD) merupakan gambaran jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengkondisikan bahan organik dalam air secara kimiawi. Meningkatnya COD menunjukan kebutuhan oksigen yang tinggi yang berarti kandungan bahan organik akan tinggi. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mickrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut didalam air.
Tes COD menurut Alaerts dan santika (1984) hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis (yang sebenarnya terjadi di alam) sehingga merupakan suatu pendekatan saja oleh karena itu COD tidak dapat membedakan antara zat-zat yang sebenarnya tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Ukuran pH menyatakan intensitas kemasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer dan mewakili kosentrasi hidrogen ionnya. Jumlah ion-ion hidrogen adalah samadengan ion-ion hidroxyl apabila terdapat kelebihan ion hydrogen menyebabkan air itu mengandung alkali, jadi kosentrasi ion  hidrogen bertugas sebagai petunjuk mengenai reaksi air, air limbah atau air selokan (Ryadi, 1984). Derajat keasaman sering juga digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan suatu perairan dalam memproduksi garam mineral. Garam mineral merupakan faktor penentu dari semua proses produksi disuatu perairan.
Derajat keasaman perairan merupakan suatu parameter penting dalam pemantauan kualitas air, dengan mengetahui jumlah kadar pH suatu perairan kita dapat tahu seberapa produktif perairan tersebut. Menurut Odum (1971) pH atau derajat keasaman air mempunyai pengaruh yang besar terhadap hewan dan tumbuhan air, sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan kondisi suatu perairan, pH berpengaruh besar karena pH berfungsi sebagai faktor pembatas, setiap organisme mempunyai toleransi yang berbeda terdapat pH maximum, minimun dan optimal. Suyanto dan Mujiman (2001) menyatakan bahwa derajat keasaman yang ideal dalam perairan adalah 7,5 – 8,5.

BAB III
MATERI DAN METODE

A. Materi
1.   Alat
        Alat yang digunakan dalam praktikum pencemaran lingkungan adalah sebagai berikut: oven merk memmert, timbangan digital merk o-haus, desikator,  glas ukur, erlenmeyer, dan cawan porselin ( TSS); kertas pH universal (pH), botol Winkler 250 ml, buret, statif, erlenmeyer 250 ml, pipet karet atau pipet seukuran, dan gelas ukur 100 ml (Oksigen Terlarut); botol Winkler 250 ml, buret, statif, erlenmeyer 250 ml, pipet karet, dan gelas ukur 100 ml (Karbondioksida Bebas); botol Winkler 250 ml, buret, statif, erlenmeyer 250 ml, pipet karet, dan gelas ukur 100 ml, aerator, ember plastik, inkubator, dan gelas ukur 500 ml(Biological Oxygen Demand); buret, statif, erlenmeyer 250 ml, pipet karet, dan gelas ukur 100 ml, refluks, penangas air, alumunium foil, beker gelas, dan labu takar (Chemical Oxygen Demand)
2.   Bahan
          Bahan yang digunakan dalam praktikum pencemaran lingkungan adalah sebagai berikut: sampel air dan kertas Whatman (Uji TSS); sampel air (suhu dan pH); sampel air, larutan MnSO4, larutan KOH-KI, larutan H2SO4 pekat, indikator amilum 0,5%, larutan NaS2O3, 0,025 N(Oksigen Terlarut);            Sampel air, indikator phenolpethalein 0,5%, larutan Na2CO3 0,01 N (Karbondioksida Bebas); sampel air, larutan MnSO4, larutan KOH-KI, larutan H2SO4 pekat, indikator amilum 0,5%, larutan NaS2O3, 0,025N, indikator amilum 0,5 % (BOD); sampel air,  H2 SO4, larutan KMnSO4 0,01 N, Larutan Asam Oksalat 0,01 N, dan akuades (COD).



           
B.     Metode
Prosedur yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

1.      Suhu air
            Termometer celcius dengan bantuan nilon celupkan ke dalam badan perairan selama ± 10 menit, kemudian lakukan pencatatan setelah angka menunjukan angka yang konstan.

  1. Total Padatan Tersuspensi
Kertas saring Whatman No. 41 disiapkan kemudia dibasahi dengan akuades, setelah itu dioven/dikeringkan pada suhu 103-105oC selama 1 jam, lalu letakan dalam deksikator  selama ± 15 menit dan ditimbang (nilai B). kertas saring yang sudah didinginkan dan ditimbang tersebut,  digunakan  untuk menyaring sampel air  sebanyak 100 ml, kemudian dioven/dikeringkan selama 1 jam dan disimpan  dalam deksikator selama ± 15 menit dan timbang (nilai A). rumus yang diunakan dalam pengukuran TSS adalah :

                        TSS :    (A-B) X 1000 Mg / L
100
Keterangan :
A: Berat kertas saring + residu
B: Berat ketas saring

3.      Oksigen Terlarut (O2)
Sample air diambil sebanyak 250 ml, tambahkan 1 ml larutan Mn SO4 dan 1 ml larutan KOH-KI dengan bantuan pipet seukuran, kemudian tutup dan homogenkan selama 15 kali dan diamkan selama ± 2 menit sampai terjadi endapan berwarna coklat atau sampai cairan supernatan nampak jernih. Setelah mengendap tambahkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml, lalu homogenkan kembali. Ambil 100 ml dan pindahkan ke labu Erlenmeyer. Tambahkan 10 tetes  indikator amilum 0,5% lakukan pengocokan lagi kemudian titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 N sampai berwarna tepat jernih. Rumus yang digunakan dalam pengukuran O2 terlarut adalah :
Kadar O2 terlarut = x p x q x 8 mg/l
      Keterangan:
      p : Jumlah ml Na2 S2 O3 yang terpakai
      q: Normalitas larutan Na2 S2 O3
8: Bobot setara O2

4.      Karbondioksida Bebas (CO2)
Sample air diambil 100 ml, masukan kedalam tabung erlenmeyer. Tambahkan 10 tetes  indikator phenolpethalein 0,5%, setelah itu teteskan dengan larutan Na2CO3 0,01 N sampai berwarna merah muda. Rumus yang digunakan dalam pengukuran CO2 Bebas adalah :
Kadar CO2 bebas = x p q x 22 mg/l
Keterangan:
p  : Jumlah ml larutan Na2CO3 yang terpakai
q  : Normalitas larutan Na2CO3
22: Bobot setara CO2

5.      Biological Oxigen Demand (BOD)
Sample air dilarutkan dengan akuades lalu dibagi menjadi 2 botol. yang satu diukur O2 terlarutnya  saat itu juga, sedangkan yang satunya lagi diukur setelah 5 hari. Untuk blanko, baik cara kerja maupun perhitungannya samadengan apa yang diperlakukan pada sample air. Hanya pada Blanko air sampelnya diganti dengan 500 ml akuades. Rumus yang digunakan dalam pengukuran BOD adalah :
Kadar BOD =mg/l
Keterangan:
A0 : O2 terlarut sample pada nol hari
A5 : O2 terlarut sample pada lima hari
S0 : O2 terlarut blanko pada nol hari
S5 : O2 terlarut blanko pada lima hari
T   : Persen perbandingan antara A0:S0
P   : Derajat pengenceran

6 . Chemical Oxigen Demand (COD)
Ambil sample air sebanyak 100 ml, lalu pindahkan ke dalam  tabung erlenmeyer. Setelah itu tambahkan 5 ml H2 SO4 4N dan 10ml larutkan KMn O4 0,01N. Homogenkan lalu didihkan selama 10 menit (waktu dihiung setelah gelembung  pertama ). Setelah dingin tambahkan asam oksalat 10 ml 0,01N, kemudian goyang-goyang hingga merata. Titrasi dengan KMn O4 0,01 N sampai berwarna merah muda. Rumus yang digunakan dalam pengukuran COD adalah :
Kadar  COD =x [(10+a) F – 10] x 0.01 x 31,6 mg/l
Keterangan:
A     : ml larutan KMnO4 yang terpakai
F      : faktor koreksi KMnO4
37,6 : berat ekuivalen KMnO4

7.      Derajat Keasaman (pH)
Kertas indikator pH di ambil dan celupkan kedalam air selama 5-10 menit. Setelah perubahan warna  yang terjadi pada kertas pH tersebut, kemudian cocokan dengan warna standar dan cat.

8.      Kekeruhan
                  Pemeriksaan kekeruhan tidak diujikan di Laboratorium Perikanan dan Kelautan, tetapi sampel air dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga.
9.      Coliform
            Pemeriksaan kekeruhan tidak diujikan di Laboratorium Perikanan dan Kelautan, tetapi sampel air dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga

C.  Waktu
                    Praktikum Pencemaran air ini dilaksanakan pada Hari Minggu, 26 Mei 2009 di  kali Tambak Sogra Purwokerto Utara, kemudian untuk mengetahui hasilnya dilakukan uji Laboratorium Perikanan dan Kelautan.
     

BAB I

 HASIL DAN PEMBAHASAN


A.        Hasil



Parameter
Satuan
Hasil
Stasiun I
(Sebelum)
Stasiun II
(Tepat)
 Stasiun III
(Setelah)
Suhu
oC
28
28
29
TSS
mg/L
23
23 
12 
O2 terlarut
mg/L
8,7
8,6
8,4
CO2 Bebas
mg/L
1,54
1,76
1,87
BOD
mg/L
5,2
0,2
0,2
COD
mg/L
3,67
5,22
4,66
pH
-
6
6
6
Kekeruhan
Skala NTU
7
5
14
Coliform
MPN/100 mL
>2400
>2400
>2400

Tabel.1. Data kualitas air perairan sebelum, sesaat, dan setelah terkena limbah pabrik soun






B.         Pembahasan
1.      Suhu

    
       Gambar .1 Grafik suhu perairan yang terkena limbah soun.

Pada gambar grafik diatas menunjukan suhu air pada saat sebelum terkena limbah (stasiun 1) 28oC, tepat saat terkena limbah (stasiun 2) 28oCdan pada perairan sesudah terkena limbah (stasiun 3) 29oC naiknya suhu pada saat sesudah terkena limbah disebabkan oleh faktor kimia di dalam air dan karena semakin  rendahnya dataran aliran air maka semakin tinggi suhu airnya. Suhu air yang baik untuk mendukung kehidupan organisme akuatik berkisar antara 22oC–31oC. Suhu pada air sungai dijadikan sampel termasuk dalam kondisi yang optimal bagi perairan tersebut.
Suhu pagi hari lebih rendah dari pada suhu siang hari ataupun sore hari. Suhu matahari sangat mempengaruhi tingginya suhu udara maupun suhu perairan, dimana semakin banyak intensitas cahaya matahari yang diserap maka akan semakin tinggi suhu perairan tersebut, tetapi jika suhu yang ada terlalu rendah atau terlalu tinggi maka akan menghambat metabolisme tubuh organisme perairan(Hynes, 1972). Meningkatnya suhu di suatu perairan akan dapat menurunkan kandungan oksigen dan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen terlarut. Oksigen terlarut merupakan salah satu unsur utama sebagai pengatur proses metabolisme.
Secara umum suhu diperairan akan mempengaruhi kehidupan kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, daya fikositas dan tekanan permukaan, selain suhu dalam perairan dapat mempengaruhi terhadap pertahanan zat atau metabolisme makhluk hidup, suhu juga mempengaruhi jumlah oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu didalam suatu perairan, maka semakin rendah oksigen yang ada diperairan. Jika suhu tinggi, air akan tenang dengan oksigen dibandingkan dengan suhu rendah, sehingga suhu diperairan sungai diambil air sampelnya cukup baik untuk perkembangan organisme, tetapi apabila terjadi kenaikan suhu yang terus menerus maka tidak baik bagi organisme (Soeseno, 1974).

2.          Total padatan Tersuspensi (TSS)
      
Gambar 2. Grafik TSS perairan yang tercemar Limbah soun.

TSS merupakan salah satu parameter yang berkaitan dengan kekeruhan, karena semakin tinggi kekeruhan maka semakin tinggi pula nilai TSS. Pada grafik di atas menunjukan bahwa kandungan TSS di perairan yang terkena limbah domestik sebelum terkena  limbah kandungan TSS 23 mg/L ,saat terkena limbah 23 mg/L dan setelah terkena limbah kandungan TSS adalah 12 mg/L. Semakin tinggi kandungan TSS disebabkan oleh banyaknya kegiatan manusia yang menyebabkan pencemaran air, maka air tersebut akan menjadi agak keruh.  Kekeruhan tersebut disebabkan oleh adanya padatan tersuspensi berupa partikel-partikel anorganik dan organik yang jumlahnya banyak. Namun, hasil dari stasiun 3 tidak sesuai dengan teori di atas. Ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya kesalahan dalam penimbangan kertas saring.
Kekeruhan yang disebabkan oleh adanya padatan tersuspensi dapat berupa partikel-partikel anorganik dan organik atau campuran keduanya. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas dosinfoksi pada proses penjernihan air. 

3.  Oksigen terlarut (O2)
        
      Gambar  3. grafik O2 terlarut perairan yang terkena limbah soun.

Pada gambar grafik O2 terlarut, menunjukan bahwa kadar O2 terlarut diperairan yang terkena limbah pabrik soun sebelum terkena limbah 8,7 mg/L, tepat terkena limbah 8,6 mg/L dan setelah terkena limbah 8,4 mg/L. Kadar tersebut menunjukan bahwa sebelum tergolong perairan yang terkena pencemaran berat padahal airnya lebih jernih dibandingkan setelah terkena limbah dan sesudah terkena limbah perairan tersebut digolongkan tercemar ringan. Seperti yang diungkapkan (Lee et all 1978), bahwa kadar oksigen terlarut > 22 ppm berarti perairan tersebut tercemar berat;  2,0-4,4 ppm tidak tercemar.; 6,5-7 ppm tercemar sedang  dan 4,5-6,5 tercemar ringan.
Pada suhu 200C dengan tekanan 1 atmosfer konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh adalah 9,2 ppm, sedangkan pada suhu 00C dangan tekanan atmosfer yang sama tingkat kejenuhannya hanya 5,6 ppm. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat kejenuhannya. ( Kanisius, 1992 )  Konsentrasi O2 terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan-ikan dan binatang lainnya yang membutuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi juga mengakibatkan proses perikatan semakin cepat karena oksigen akan mengikat yang melapisi permukaan logam.
Keberadaan oksigen bersumber dari difusi udara hasil proses foto sintesis dan arus yang terjadi dalam perairan (Soeseno, 1974). Jika tingkat oksigen terlarut rendah, maka organisme anaerob perairan akan mati. Penurunan kandungan oksigen disebabkan oleh proses pernafasan hewan dan tumbuhan air serta proses pembongkaran bahan-bahan organik dasar yang bersifat mereduksi.

4.  Karbondioksida Bebas (CO2)
                                                                                                                         
Pada gambar grafik CO2 bebas menunjukan bahwa kadar CO2 bebas di perairan yang terkena limbah domestik sebelum terkena limbah 1,54 mg/L, sedangkan saat terkena limbah 1,76 mg/L  dan setelah terkena limbah  domestik 1,87 mg/L . Hal tersebut tidak akan mengganggu kehidupan organisme air yang ada di dalamnya karena kadarnya belum mencapai 12 ppm.
Karbondioksida dan oksigen umumnya berbanding terbalik satu sama lain karena aktifitas Fotosintesa dan respirasi biota. Di bawah keadaan normal, saat kandungan oksigen pada perairan mengalir tinggi. Kandungan karbondioksida rendah, demikian juga sebaliknya (Hynes 1972). Fotosintensis cenderung mengurangi jumlah karbon dioksida dalam konsentrasi tinggi juga hilang dengan cepat secara nyata ke atmosfir. Kadar CO2 bebas yang baik bagi suatu perairan adalah 2 – 8 ppm (Soesono, 1974). Gas CO2 bebas yang dibutuhkan oleh organisme air diperoleh dari hasil respirasi tumbuhan dan hewan air, serta air tanah yang melalui bahan-bahan organik (Welch, 1952 )
Karbon dioksida adalah kadar gas yan terdapat di dalam air yang berasal dari proses degradasi bahan organik oleh respirasi organisme hewan yang berasal dari hewan dan tumbuhan air. Pengaruh CO2 bebas pada suatu perairan yan banyak mengalami penguapan menyebabkan rendahnya kandungan CO2 pada air tersebut.

5.  Biological Oxygen Demand (BOD)

Pada gambar grafik diatas menunjukan bahwa kadar BOD di perairan sebelum terkena limbah (stasiun 1) 5,2 mg/L, saat terkena limbah (stasiun 2) 0,2 mg/L dan setelah terkena limbah (stasiun ) 0,2 mg/L.
              Seperti yang diungkapkan Lee at all (1987), bahwa kandungan BOD >15 berarti perairan tersebut tercemar berat; 5,5- 15 tercemar sedang ; 3,0-4,9 tercemar ringan. Dapat disimpulkan bahwa di Kali Tambak Sogra ini tergolong pencemaran ringan.

6.  Chemical Oxygen Demand (COD) 

Pada gambar grafik COD menunjukan bahwa kadar COD diperairan pada saat sebelum, tepat terkena dan sesudah terkena limbah kualitas airnya tergolong tidak tercemar karena nilai kadar COD yang didapat dari praktikum sebelum terkena limbah adalah 3,67 mg/L ,saat terkena limbah adalah 5,22 mg/L dan setelah terkena limbah kadar CODnya adalah 4,66 mg/L. Seperti yang diungkapkan oleh N.T.A.C (1968), menyatakan bahwa kandungan COD < 20 berarti perairan tersebut tidak tercemar, 20-50 tercemar ringan, 50-70 tercemar sedang dan > 70 tercemar berat. Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan kadar COD kurang dari 20, maka status perairannya tidak mengalami pencemaran.

7.  Derajat Keasaman (pH)
Hasil penguluran pH dari ketiga station yang diukur menggunakan kertas pH menunjukkan hasil yang sama yaitu ketiga padan perairan memiliki pH 6. Dari  hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ketiga badan perairan airnya bersifat asam. Sifat asam tersebut dapat dikarenakan karena kandungan bahan kimia yang berasal dari limbah pabrik soun.

8.      Kekeruhan
Sesuai dengan PP No. 20 tahun 1990 dan PERMENKES RI No. 416 tahun 1990 nilai maksimal untuk tingkat kekeruhan adalah 25 NTU (500 mg/L), sedangkan batas maksimal untuk dikonsumsi adalah 5 NTU. Dari hasil yang didapat stasiun 1, stasiun 2 dan stasiun 3 tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi.

9.      Uji Coliform
Dari hasil pemeriksaan menunjukan bahwa tingkat kualitas air ketiga badan perairan termasuk kategori E karena kadar Coliform dalam sampel air yaitu > 2400. Hal ini menunjukan bahwa kondisi badan perairan sangat buruk dan airnya tidak layak untuk dikonsumsi.
Menurut dua standar nasional yang mengatur kualitas air minum, yaitu SNI 01 3553 - 1996 (Standar Nasional Indonesia) dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Peraturan Menteri Kesehatan No 907/Menkes/SK/VII/2002, air minum harus memenuhi persyaratan tingkat kontaminasi nol untuk keberadaan bakteri coliform ini.




BAB IV

KESIMPULAN


A.        Kesimpulan
  Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Kualitas kimia air sungai sebelum terkena limbah domestik kadar O2  nya adalah 8,7 mg/L, saat terkena limbah adalah 8,6 mg/L, dan setelah terkena limbah adalah 8,4 mg/L. Pada kadar O2 nya di sungai sebelum terkena limbah adalah sebesar 1,54 mg/L, saat terkena limbah sebesar 1,76 mg/L, dan setelah terkena limbah adalah sebesar 1,87 mg/L. Kadar TSS pada air sungai sebelum terkena limbah adalah 23 mg/L, saat terkena limbah adalah 23 mg/L, dan setelah terkena limbah adalah 12 mg/L. Kadar BOD pada saat sebelum terkena limbah adalah sebesar 5,2 mg/L, saat terkena limbah sebesar 0,2 mg/L, dan setelah terkena limbah adalah sebesar 0,2 mg/L. Kadar COD pada sungai sebelum terkena limbah adalah 3,67 mg/L, saat terkena limbah adalah 5,22 mg/L, dan setelah terkena limbah adalah 4,66 mg/L. Suhu air sungai sebelum terkena limbah domestik adalah 280C, saat terkena limbah adalah 280C, dan setelah terkena limbah adalah 290C. pH air sungai sebelum terkena limbah domestik adalah 6, saat terkena limbah adalah 6, dan setelah terkena limbah adalah 6. Kekeruhan sebelum terkena limbah adalah 7 NTU, saat terkena limbah 5 NTU, dan setelah terkena limbah 14 NTU. Kadar Coliform sebelum, saat, dan setelah terkena limbah adalah >2400.
2.      Dilihat dari beberapa parameter kualitas air dari parameter kimia, status badan perairan sungai sebelum terkena limbah domestik termasuk dalam kategori belum tercemar, tepat terkena limbah termasuk dalam kategori tercemar ringan, dan setelah terkena limbah termasuk dalam kategori tercemar sedang.

DAFTAR PUSTAKA


Alaert, G dan S.S Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.

Amsyari. F. 1998. Prinsip-prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Penerbit Ghalia. Jakarta.

APHA. 1995. Standar Methode For The Examination of water and wastewater. 18th Ed. American Public Hwalth Association. Whasington DC.

Hynes. H. B. N. 1972. the Geology of Running Waters. Liverpool University Press. Liverpool.

Hynes dan L,L. wolf. 1990. Ekologi Umum. Edisi kedua. Pringga sepuro, S dan B. Sriyandoro. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Klein, L. 1992. River Pollution. Vol I dan II. Butto-worths. London.

Lee, C. D. S. B. Wang, C.L Con. 1978. Benthic Macroin Vertebrates aand fish as biologycal indicators of water quality with reference to community diversity index. In water pollution central in developing countris asisnsns. Insert tech. Bangkok.

Mahida. 1988. Pencemaran Air dan Pemanfatan Limbah Industri. CV. Rajawali Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saunders & Coltd, st Martin streets. London.

Ryadi, S. 1984. Pencemaran Air Dasar-Dasar Pokok Penanggulangan. Karya Anda. Surabaya.

Soesono, H. 1974. Fisiologi Metabolisme Dasar dan Beberapa Aspek Departemen Botani. Fakultas Pertanian IPB Bogor.

Welch. P.S. 1952. Limnology. Mc. Graw H :11 Book Company New York. London.

Winarno. F.G dan Srikandi Fardiaz. 1984. Polusi dan Analisa Air. Departemen Teknologi : Hasil Pertanian IPB. Bogor



 














 




































Tidak ada komentar:

Posting Komentar